Menjaga Kinerja Usaha

01
JUN
2014

Dunia usaha kembali diuji. Kali ini, ujian tersebut ditanggung bersama oleh hampir seluruh pelaku usaha di dunia. Di sudut Bumi mana pun, para pengusaha atau kaum entrepreneurs, diuji kemampuannya untuk dapat bertahan dan melanjutkan kegiatan bisnis yang mungkin sudah mereka geluti puluhan tahun itu.

Memang gejolak akibat krisis global kali ini tergolong luar biasa. Beberapa perusahaan berkelas dunia rontok karenanya. Kita tidak pernah bayangkan perusahaan raksasa seperti Lehman Brother yang mampu melewati krisis bert tahun 1930-an, serta sukses mengarungi dua kali perang dunia, dibuat tidak berdaya oleh krisis finasialglobal kali ini.

Motif kejatuan berbagai perusahaan itu memang beragam, bujan melulu dari kesalahan pengelola, melainkan dapat juga akibat tekanan eksternal yang sangat besar. Sebagai contoh, sejumlah perusahaan di Singapura dan Taiwan dikabarkan terpaksa gulung tikar. Hal ini bisa terjadi karena mereka mengandalkan ampir 100% jualan mereka untuk tujuan ekspor ke AS, misalnya.

Nah, ketika iklim bisnis di AS melempem seperti saat ini, sehingga mreka tidak mengimpor produk yang dihasilkan oleh perusahaan di Singapura maupn Taiwan tadi, akibat daya beli di AS terpuruk, sudah barang tentu akan berpengaruh langsung pada perusahaan pemasoknya.

Karena itu, beruntunglah yang tidak terlalu mengandalan pasar AS maupun Eropa (serta negarapenderita utama krisis global kali ini) sebagai tujuan utama penjualan produk yyang mereka hasilkan. Atau, bagi perusahaan yang mampu mengalihkan dengan cepat tujuan ekspor k pasar-pasar altrnatif, mungkin akan dapat bertahan dari percepaan kebangkrutan yang harus terjadi.

Bagaimana cara mengatasi agar gempuran krisis global ini sedapat mungkin tidak sampai membikin dunia usaha nasiona goyah atau bahkan kolaps? Tidak mudah untuk menjawabnya tentu. Namun, berdasarkan pengalaman kita menghadapi krisis multidimensi sekitarsatu dekade terakhir, tampaknya ada beberapa pelajaran menarik yang dapat kita terapkan untuk menjaga entitas usaha agar tetap berkesinambungan.

Pertama, tetap prudent dalammenjalankan kegiatan usaha, dalamarti penerapan aksi korporasi arus tetap memperhitungkan keungkinan risiko yang akan terjadi. Tanpa memiliki kehati-hatian, yang dilandasi perhitungan cermat dalam memasuki peluang bisnis, sudah barang tentu institusi bisnis yang kita kelola akan dengan mudah terjerembab.

Kedua, menerapkan standar untuk menjaga kualitas sistem operasional, mutu produk dan layanan, serta kinerja secara keseluruhan pada bisnis yang kita kelola. Dengan menjaga standar seperti itu, guncangan sekuat apapun akan dapat kita hadapi dengan lebih sigap dan siap.

Ketiga, memberikan tata kelola usaha yang baik (dan benar) alias good corporate governance (GCG). Berbagai prinsip yang melandasi penerapan GCG terbukti mampu menjaga pengelolaan perusahaan lebih profesional dan memenuhi kaidah-kaidah baku yang dibuktikan oleh berbagai perusahaan sukses di dunia.

selain itu, ketiga hal di atas sudah barang tenu mencakup hubungan yang sehat antara lingkungan internal perusahaan dan lingkungan eksternal (masyarakat). Jika sebuah institusi bisnis sudah mampu memiliki hubungan yang sehat seperti itu, pastilah tidak mampu diterpa krisis. Kecuali, krisis yang timbul sedemikian hebatnya.

Itulah upaya aktif yang dapat dimainkan oleh pengelola badan usaha dalam mengamankan entitas bisnisnya. Upaya lain yang dapat mengamankan berbagai institusi bisnis dari serangan krisis tentu saja menjadi peran pemerintah.

Sumber : Sukamdani S. Gitosardjono, Pemimpin Umum Bisnis Indonesia